Bagaimana Manajemen Penanganan Stres yang Efektif di Tempat Kerja?
Stres terkait pekerjaan perlu diperhatikan secara serius, karena stres bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah organisasi.
Stres di tempat kerja dapat memengaruhi siapa saja dan bisa dipicu oleh apa saja. Umumnya, stres akibat kerja terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan atau kebutuhan dari pekerjaannya. Terlalu banyak yang harus dilakukan, kurangnya waktu, dan kurangnya sumber daya untuk menuntaskan pekerjaan.
Dalam survei terhadap 1.400 pekerja di Amerika Serikat yang dipublikasikan secara online oleh careerbuilder.com, lebih dari satu pertiga responden menyatakan telah mengalami penambahan beban kerja. Mereka bekerja dengan waktu yang lebih panjang dan jam istirahat makan siang yang lebih pendek agar pekerjaan bisa selesai.
Akibatnya, pekerja mulai mengalami banyak gejala stres secara fisik maupun mental. Dalam hal ini, stres bukan hanya merugikan para pekerja, tapi juga mengganggu kinerja seluruh organisasi.
Baca juga artikel ini:
Menurut empat dari lima manajer di Eropa, stres merupakan bencana dalam perusahaan. Stres adalah salah satu risiko psikososial di tempat kerja yang penanganannya lebih sulit dibandingkan masalah kesehatan.
Stres diimplikasikan sebagai faktor penyebab dari absen, kecelakaan kerja, masalah psikologis, tuntutan kompensasi, produktivitas yang rendah, tindakan pencurian di tempat kerja, kinerja yang tidak maksimal, dan tingkat keluar masuk pekerja yang tinggi. Yang jelas, stres berdampak langsung secara menyeluruh.
Di Amerika Serikat, survei terbaru mengindikasikan bahwa stres akibat kerja mengakibatkan pemilik perusahaan harus mengeluarkan sekitar 2 kuadriliun per tahun karena masalah absen, keterlambatan, kejenuhan, produktivitas yang semakin rendah, angka keluar masuk pekerja yang tinggi, kompensasi pekerja, dan peningkatan biaya asuransi kesehatan.
Sementara di Inggris, dilansir dari hse.gov.uk, penanganan stres membutuhkan biaya 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk memecahkan perselisihan di semua industri. Sakit akibat stres juga mengakibatkan hilangnya 40 juta hari kerja setiap tahunnya.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan, jika stres tidak ditangani dengan baik, maka akan berpengaruh pada menurunnya performansi, efisiensi, dan produktivitas kerja yang bersangkutan.
Definisi, Penyebab, dan Gejala Stres Akibat Kerja
Stres terkait pekerjaan didefinisikan sebagai ketidakmampuan seorang pekerja untuk mengatasi tekanan yang ada dalam sebuah pekerjaan. Menurut World Health Organization (WHO), stres akibat kerja adalah sebuah respons yang ditimbulkan karena dihadapkan pada tekanan dan tuntutan kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan seseorang, sehingga orang tersebut tidak dapat mengatasinya.
Stres akibat kerja juga berarti suatu kondisi ketegangan yang memengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Bila seseorang (pekerja) mengalami stres yang berlebihan, maka hal ini dapat mengganggu kemampuan orang tersebut dalam menghadapi lingkungan dan pekerjaannya.
Penyebab Stres Akibat Kerja
Ada banyak penyebab yang bisa meningkatkan stres di tempat kerja. Pada umumnya, penyebab stres akibat kerja dikelompokkan ke dalam tiga kategori, di antaranya:
1. Organisasi
- Beban kerja yang tinggi atau terlalu rendah
- Tuntutan atau tekanan pekerjaan
- Shift kerja atau jam kerja
- Tekanan atas peran tertentu dalam organisasi
- Peran yang tidak jelas
- Peraturan berlebihan dan tidak adil
- Kurangnya partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan
- Pola komunikasi yang buruk, misalnya antara direktur dengan manajer, sesama manajer, manajer dengan pekerja, atau sesama pekerja
- Gaya manajemen tidak jelas atau bahkan otoriter
- Pemimpin bersifat tidak terbuka dan kurang menanggapi saran dari bawahannya
- Kurangnya pelatihan
- Downsizing, bertambahnya tanggung jawab tanpa penambahan gaji
- Pekerja dikorbankan (dipengaruhi penurunan laba yang didapat)
- Kurangnya kesempatan promosi atau peluang pengembangan karier.
2. Individu
- Pertentangan antara karier dan tanggung jawab keluarga
- Ketidakpastian ekonomi
- Kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja
- Kejenuhan dan ketidakpuasan kerja
- Konflik dengan rekan kerja atau atasan
- Kurangnya kepercayaan dalam satu tim
- Kurangnya motivasi dari atasan.
3. Lingkungan
- Buruknya kondisi lingkungan kerja (pencahayaan, suhu, kebisingan, ventilasi, dll.)
- Diskriminasi ras, ancaman kekerasan, pelecehan, intimidasi dll.
- Kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.
Gejala Stres Akibat Kerja
Gejala stres di tempat kerja dapat berupa tanda-tanda sebagai berikut:
- Fisik: sulit tidur, sakit kepala, gangguan pencernaan, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, nyeri pada bahu dan leher, keringat berlebih, dan kehilangan energi.
- Emosional: mudah marah, mudah tersinggung dan sensitif, gelisah, cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, dan kelesuan mental.
- Intelektual: mudah lupa, sulit fokus, sulit berkonsentrasi, dan terlalu banyak memikirkan satu hal saja.
- Interpersonal: acuh dan mendiamkan orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
Standar Manajemen Penanganan Stres Akibat Kerja
Pikiran dapat menjadi bahan kimia. Mereka dapat membunuh atau mengobati.
─Bernie Siegel, M.D.
Menurut International Labour Organization (ILO), beberapa tahun terakhir, stres akibat kerja telah memberikan dampak psikososial yang serius bagi pekerja. Tidak hanya itu saja, dampaknya juga meluas pada keselamatan pekerja dan sangat berpengaruh pada perkembangan perusahaan, terutama dalam hal ekonomi.
Maka dari itu, manajemen terkait stres akibat kerja sangat penting dilakukan untuk mengatasi atau meminimalkan stres di tempat kerja. Health and Safety Executive (HSE) di Inggris membuat standar manajemen untuk menangani stres di tempat kerja.
Standar manajemen ini mencakup enam elemen penting dalam mencegah dan mengendalikan stres di tempat kerja. Enam elemen ini harus ditangani perusahaan dengan baik, jika tidak, maka bisa berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, kesejahteraan pekerja, produktivitas kerja, kenyamanan bekerja, hubungan kerja, dan lain-lain.
Enam elemen standar manajemen terkait pengendalian stres akibat kerja di antaranya:
1. Tuntutan ─ Pekerja menunjukkan bahwa mereka mampu mengatasi tuntutan kerja yang diberikan kepada mereka. Tuntutan kerja mencakup masalah, seperti beban kerja, pola kerja, dan lingkungan kerja.
Penanganan:
- Perusahaan memberikan tuntutan kerja yang sesuai atau dapat diselesaikan sesuai waktu (deadline) yang disepakati.
- Perusahaan memberikan tuntutan kerja yang sesuai dengan keterampilan dan kemampuan pekerja.
- Perusahaan memberikan beban kerja yang sesuai dengan kemampuan pekerja.
- Pekerja memahami prioritas pekerjaan mana yang harus didahulukan dan ditunda.
- Keluhan pekerja terkait tugasnya harus direspons dan didiskusikan cara penyelesaiannya.
2. Kontrol ─ Pekerja menunjukkan bahwa mereka mampu menjelaskan cara mereka melakukan pekerjaannya.
Penanganan:
- Perusahaan mendorong pekerja untuk selalu mengontrol pekerjaan yang mereka lakukan.
- Perusahaan mendorong pekerja untuk menggunakan keterampilan dan inisiatif mereka dalam melakukan pekerjaan.
- Perusahaan mendorong pekerja dalam mengembangkan cara kerja baru yang lebih efektif
- Pekerja memiliki otoritas untuk mengambil waktu istirahat.
- Pekerja dapat berkonsultasi atas rutinitas atau cara kerja yang mereka lakukan.
3. Dukungan ─ Pekerja menunjukkan bahwa mereka menerima informasi dan dukungan yang memadai dari rekan kerja dan atasan mereka.
Penanganan:
- Perusahaan memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang jelas dan memadai untuk mendukung pekerja dalam melakukan aktivitasnya.
- Perusahaan memiliki sistem atau proses yang memungkinkan manajer untuk mendorong dan mendukung para pekerjanya.
- Perusahaan memiliki sistem atau proses yang memungkinkan pekerja mendorong dan mendukung rekan-rekan kerjanya secara aktif.
Penting!
Bila atasan terlalu fokus terhadap kekurangan pekerja dan kurang memberikan apresiasi atau motivasi kepada pekerja, cobalah berdiskusi dengan atasan bersangkutan atau bagian HRD mengenai hal ini.
4. Hubungan ─ Pekerja menunjukkan bahwa mereka tidak menerima perlakuan buruk atau perilaku yang tidak dapat diterima, misalnya intimidasi, kekerasan, dan pelecehan di tempat kerja.
Penanganan:
- Perusahaan menciptakan perilaku positif di tempat kerja untuk menghindari konflik.
- Perusahaan memiliki kebijakan dan prosedur untuk mencegah perilaku yang tidak dapat diterima.
- Perusahaan memiliki sistem atau proses yang memungkinkan dan mendorong manajer untuk mencegah atau mengendalikan perilaku yang tidak dapat diterima.
- Perusahaan memiliki sistem atau proses yang memungkinkan atau mendorong pekerja untuk melaporkan perilaku yang tidak dapat diterima.
- Bila pekerja merasakan ancaman atau tekanan di tempat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan, lakukan tindakan awal dengan berbicara kepada manajer, HRD atau rekan kerja dengan bukti dan alasan yang jelas.
- Pekerja harus menunjukkan perilaku dan etika yang baik di tempat kerja.
- Bila pekerja terganggu dengan perilaku rekan kerjanya, cobalah untuk berbicara dengan rekan kerja yang bersangkutan tentang sikapnya itu secara baik-baik.
5. Peran ─ Pekerja menunjukkan bahwa mereka memahami peran dan tanggung jawab mereka di tempat kerja.
Penanganan:
- Perusahaan harus memastikan pekerja memahami tentang peran dan tanggung jawab mereka di organisasi.
- Perusahaan harus memberikan informasi yang cukup kepada pekerja terkait peran dan tanggung jawab mereka.
- Perusahaan harus membuat persyaratan yang jelas untuk setiap peran dan tanggung jawab kerja.
- Perusahaan memiliki sistem atau proses yang memungkinkan pekerja untuk menyampaikan setiap konflik atau masalah yang muncul terkait peran dan tanggung jawab dalam pekerjaan mereka.
Penting!
Pekerja sebaiknya berkonsultasi dengan manajer jika tanggung jawab dalam pekerjaannya tidak jelas dan mintalah atasan yang bersangkutan untuk mendeskripsikan job desk mereka.
6. Perubahan ─ Pekerja menunjukkan bahwa mereka dilibatkan dalam setiap perubahan yang terjadi di perusahaan. Perubahan di sini mencakup, bagaimana perubahan yang terjadi di organisasi (besar atau kecil) dikelola dan dikomunikasikan dengan baik dalam organisasi.
Penanganan:
- Perusahaan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk berkonsultasi tentang perubahan yang terjadi di perusahaan dan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk memberikan masukan.
- Perusahaan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk memahami alasan perubahan yang diusulkan.
- Pekerja menyadari dampak dari setiap perubahan pekerjaan dan pekerja harus diberikan pelatihan untuk mendukung perubahan tersebut.
- Pekerja mengetahui waktu dan jadwal untuk setiap perubahan kerja.
- Pekerja memiliki akses yang memadai untuk mendapatkan dukungan yang relevan selama perubahan.
Cara menerapkan standar manajemen penanganan stres di tempat kerja:
- Melakukan perencanaan, seperti komitmen manajemen puncak untuk mendukung program dan menyediakan sumber daya atau tim yang akan bekerja untuk program ini.
- Melakukan identifikasi risiko terkait stres akibat kerja dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Mengumpulkan data-data pekerja yang mengalami stres akibat kerja dan akar penyebabnya.
- Melakukan evaluasi terhadap data-data terkait stres akibat kerja yang diperoleh dan menentukan tindakan pengendalian yang mungkin dilakukan.
- Membuat rencana tindakan atau program penanganan stres akibat kerja secara berkelanjutan dan penerapannya.
- Melakukan pengukuran dan peninjauan ulang secara berkala untuk mengetahui efektivitas program penanganan stres yang diterapkan.
• Beban kerja fisik atau mental harus disesuaikan dengan kemampuan pekerja.
• Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan.
• Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi, dan pengembangan keahlian.
• Lingkungan sosial di tempat kerja harus sehat.
• Hubungan antar pekerja atau antar pekerja dan atasan harus baik dan sehat untuk menciptakan situasi kerja yang nyaman.
• Tugas-tugas pekerjaan harus didesain sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan pekerja menggunakan keterampilannya secara maksimal.
• Kebijakan ketenagakerjaan harus adil dan memiliki tujuan yang jelas.
Semoga Bermanfaat, Salam Safety!
Sumber: www.SafetySign.co.id
Baca Juga
Tips Mencegah Cedera Tangan: Apa yang Harus dan Jangan Dilakukan di Tempat Kerja
Penting Diketahui, Ini Penyebab, Jenis dan Cara Penanganan Dislokasi Pergelangan Tangan
Cedera Tangan Sering Terjadi di Tempat Kerja, Kenali Jenis dan Cara Pencegahannya
Mencegah Penyakit Akibat Kerja dengan Penggunaan APD yang Tepat: Jenis dan Perannya
Wajib Diwaspadai, ini 7 Penyakit Akibat Kerja yang Sering Menjangkit Pekerja di Indonesia